top of page

Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar

 

 

Pasangan Pendekar pada judul ini merujuk kepada tokoh utamanya Yang Guo dan Xiao Longnü.

 

Rajawali Sakti adalah rajawali penunggu makam si Iblis Pedang, Dugu Qiubai. Setelah lengannya dibuntungi Guo Fu, dalam keadaan terluka berat Yang Guo bertemu kembali dengan sang Rajawali Sakti dan hewan ini mengajarinya ilmu silat hebat. Pada bagian belakang cerita, setelah Xiao Longnü meninggalkannya dan mengadakan perjanjian pertemuan enam belas tahun kemudian, Yang Guo mengembara di dunia persilatan dengan ditemani sang Rajawali Sakti.

 

          Tanya dunia apa itu cinta, yang sehidup-semati?

          Terbang berdua ke ujung bumi, berapa musim sayap merapuh?

          Nikmat gembira pahitnya berpisah, mabukkan muda-mudi.

          Katakan, lewati awan laksaan li, ribuan gunung senja bersalju,

          sendiri, siapa yang kaucari?

 

Puisi di atas berjudul “Angsa Liar”, merupakan karangan Yuan Haowen (1190—1257), penyair terkenal asal Xinzhou. Kabarnya, dalam perjalanan Yuan Haowen bertemu penangkap angsa liar yang menceritakan bahwa pagi itu ia bertemu sepasang angsa liar. Ia menangkap dan membunuh salah satu angsa liar itu, tetapi kemudian pasangan angsa liar itu menangis, tidak mau pergi, lalu membenturkan kepala ke tanah hingga tewas. Maka, Yuan Haowen menciptakan puisi tentang sepasang angsa liar ini.

​

“Tanya dunia apa itu cinta” adalah tema utama Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar. Li Mochou yang memendam cinta sekaligus dendam kepada kekasih lamanya Lu Zhanyuan, sering menyanyikan lagu ini.

​

Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar sering disebut “Buku cinta no. 1”, ceritanya penuh simbol-simbol cinta. Di tempat yang bernama Lembah Tanpa Cinta terdapat bunga-bunga cinta. Gongsun Lü’e mengatakan bunga ini rasanya seperti cinta, awalnya manis kemudian pahit. Jika terkena racunnya, saat memikirkan kekasih, orang akan merasakan penderitaan hebat. Belakangan, diketahui ternyata obat pemunah racun bunga cinta adalah rumput "patah hati”.

​

Simbol cinta pun muncul pada banyak bagian pada kisah ini. Tebing di mana Yang Guo dan Xiao Longnü berpisah bernama Tebing Patah Hati. Di Lembah Tanpa Cinta, Yang Guo dan Xiao Longnü mendapatkan Pedang Pria Sejati dan Pedang Wanita Berbudi. Sepasang pedang ini memiliki magnet dan jika berdekatan, keduanya akan saling menempel. Mungkin diilhami latar belakang puisi “Angsa Liar” karangan Yuan Haowen, di Lembah Tanpa Cinta, saat melihat nyawa rajawali jantan melayang, rajawali betina pun membenturkan diri ke dinding tebing dan tewas.

​

Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar mulai dimuat berseri tanggal 20 Mei 1959 pada hari pertama terbitnya Harian Ming Pao yang didirikan Jin Yong. Cerita ini dimuat hampir 3 tahun. Cerita ini salah satu karya penting yang membantu berkembangnya Harian Ming Pao.

​

Pada awal 60-an saat kisah ini dimuat, di dunia ada ide dominan tentang pemberontakan dan semangat ini pun muncul pada kisah ini. Yang Guo dan Xiao Longnü adalah sepasang pemberontak terhadap adat istiadat. Yang Guo memang bersifat pemberontak, sedangkan Xiao Longnü tidak menyadari dirinya sedang memberontak.

​

Pada akhir cerita, sesudah enam belas tahun berpisah, Yang Guo dapat bertemu kembali dengan Xiao Longnü dan pembaca gembira. Tetapi sejumlah kritikus menganggap, membuat Yang Guo bertemu kembali dengan Xiao Longnü adalah kesalahan tulis. Namun, penulis cerita silat terkenal Taiwan, Gu Long, membela Jin Yong dan mengatakan bahwa kisah cinta yang bagus tidaklah harus selalu berakhir dengan tragedi.

​

Ni Kuang mengatakan bahwa Yang Guo dan Xiao Longnü bertemu lagi adalah karena Jin Yong memikirkan Harian Ming Pao. Jika keduanya tidak bertemu kembali, mungkin para pembaca akan marah dan akan berhenti membaca Ming Pao. Namun, Jin Yong mengatakan bahwa ia menulis tanpa dipengaruhi tekanan pembaca. Ia ingin Yang Guo dan Xiao Longnü bersatu, bukan karena pandangan teman atau pembaca.

 

 

​

​

​

​

​

​

​

​

Yang Guo

 

Yang Guo bersifat impulsif dan sifatnya ini sering menyulitkan dirinya sendiri. Kalau saja saat kecil ia bisa sedikit patuh, mungkin Huang Rong tidak akan terlalu curiga bahwa perilakunya mirip sang ayah, Yang Kang. Pada bagian belakang cerita, setelah Xiao Longnü bersusah payah mendapatkan pil pemunah racun dari Gongsun Zhi, seandainya saja Yang Guo tidak membuang pil itu ke jurang, mungkin Xiao Longnü tidak perlu meninggalkannya dan mengadakan perjanjian pertemuan enam belas tahun kemudian.

​

Pada sisi lain, selain ketampanannya, mungkin hingga taraf tertentu, sifat impulsif ini yang membuatnya memiliki daya tarik yang kuat di mata wanita. Pada kisah ini paling sedikit ada sembilan wanita yang mencintainya dan kebanyakan dari mereka seumur hidup menderita karena tidak dapat melupakannya.

​

Yang Guo sedikit nakal dan senang merayu wanita, tetapi cintanya kepada Xiao Longnü tidak pernah beralih. Saat Guo Jing dan yang lain menentang hubungannya dengan Xia Longnü, ia berkata, “Kalian mencincangku seribu kali, sepuluh ribu kali pun, aku tetap akan menikahinya!”

​

Sesudah Xiao Longnü meninggalkannya dan mengadakan perjanjian untuk bertemu enam belas tahun kemudian, Yang Guo mengenakan topeng agar para wanita tidak “salah paham” kepadanya.

 

​

​

​

​

​

​

​

​

Xiao Longnü

​

Xiao Longnü merupakan salah satu tokoh ciptaan Jin Yong yang paling unik. Ia tinggal di Kuburan Kuno, sifatnya dingin dan tanpa ekspresi. Ia selalu bergaun putih dan wajah cantiknya tampak pucat hingga seperti bukan manusia. Ia memelihara lebah yang disebut tawon giok yang dapat dipanggil untuk menyerang musuh.

​

Keahlian unik Xiao Longnü adalah ia dapat tidur di atas seutas tali. Jin Yong mengatakan bahwa ia mendapat ide mengenai kemampuan Xiao Longnü ini karena pada masa sekolah, ia sering membaca di bangku kecil, lalu tertidur. Saat terjaga, ia masih terbaring di bangku sempit itu dan tidak terjatuh.

​

Xiao Longnü sifatnya dingin. Cara berpikirnya pun sederhana dan yang ada dalam benaknya hanya Yang Guo. Suatu saat kota Xiangyang dalam bahaya; Guo Jing dan Yang Guo terluka, sedangkan Huang Rong sedang hamil tua. Huang Rong berkata kepada Xiao Longnü bahwa saat itu mereka mengandalkan dirinya, tetapi Xiao Longnü hanya menjawab terus terang, “Aku hanya akan melindungi Guo’er seorang. Yang lain hidup atau mati tak ada hubungannya denganku.”

 

​

​

​

​

​

​

​

​

Guo Jing dewasa

​

Pada Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar, Guo Jing sudah menjadi suami dan ayah. Terhadap Yang Guo, yang merupakan putra saudara angkatnya, Yang Kang; Guo Jing memiliki harapan besar dan ingin Yang Guo menjadi orang yang berguna. Saat mendengar Yang Guo akan menikahi gurunya, Guo Jing yang paling menentang dan mengatakan ia lebih baik membunuh Yang Guo daripada melihat Yang Guo melakukan kesalahan besar.

​

Berbeda dengan Huang Rong yang memanjakan anaknya, terhadap keluarga, Guo Jing tetap memegang prinsip. Setelah mengetahui putrinya, Guo Fu, sudah membuntungi lengan Yang Guo, ia bermaksud menghukum dengan membuntungi lengan putrinya itu.

​

Pada kisah ini semakin tampak Guo Jing memegang teguh prinsip “mengabdi demi negara, demi rakyat” dan ia mengajarkan nilai-nilai ini dengan kuat. Yang Guo dikuasai sifat impulsif, tetapi ia tetap menerima ajaran Guo Jing hingga melakukan hal-hal besar dan mengusir bangsa Mongol.

 

​

​

​

​

​

​

​

Huang Rong dewasa

​

Sesudah menjadi istri dan ibu, sifat Huang Rong tidak berubah, cerdas dan nyaris licik. Ini jelas terlihat bagaimana ia memperlakukan Yang Guo kecil. Guo Jing mengasihi Yang Guo kecil seperti anak kandung, bahkan bermaksud mengambilnya sebagai menantu. Sebaliknya, Huang Rong melihat Yang Guo kecil sebagai “calon musuh”. Ia berpikir, “Orang tak boleh memelihara anak macan hingga kelak jadi bencana.”

​

Huang Rong adalah contoh “orang yang terlalu cerdas sering menjadi korban kecerdasannya sendiri”. Ia mencurigai Yang Guo lagi dan lagi. Saat mengetahui putrinya, Guo Xiang, memendam perasaan kepada Yang Guo, Huang Rong mengira Yang Guo sengaja mempermainkan Guo Xiang untuk membalas dendam kepada keluarganya. Tetapi ternyata belakangan terbukti bahwa Guo Jing yang pikirannya sederhana, lebih benar dalam menilai Yang Guo.

​

Suatu saat Huang Rong berkata kepada Yang Guo, “Paman Guo-mu mencintaiku, budi ini sekuatnya akan kubalas. Terhadapmu ia memiliki harapan tinggi, ingin kau jadi orang baik. Aku pasti akan mengeluarkan seluruh tenaga membantumu belajar agar keinginannya terwujud. Guo’er, kau juga jangan mengecewakannya.”

​

Kebanyakan pasangan menganggap saling mencintai adalah hal yang sudah sewajarnya. Tetapi Huang Rong mengganggap Guo Jing mencintainya berarti Guo Jing memberi budi kepadanya. Lebih jauh lagi, Huang Rong menganggap dirinya harus sekuatnya membalas budi ini. (Jadi, ingat. Kalau ada yang mencintai kita, "budi ini sekuatnya harus kita balas" ;-) )

 

Pada ucapan Huang Rong juga dapat dilihat bahwa Huang Rong meminta Yang Guo menjadi orang baik bukan berdasarkan keinginannya pribadi atau untuk kepentingan Yang Guo, melainkan agar keinginan Guo Jing dapat terwujud. Ucapan ini menunjukkan betapa Huang Rong mencintai Guo Jing. Dilihat dari sifatnya, Huang Rong mungkin tidak terlalu peduli urusan negara, tetapi ia mendukung harapan-harapan Guo Jing. Tanpa dukungan Huang Rong, Guo Jing tidak akan berhasil menjadi pahlawan besar.

​

Sebagai istri, Huang Rong rela berkorban untuk keluarga. Sesudah mengetahui Yang Guo dan Xiao Longnü bermaksud membunuh mereka suami-istri untuk ditukar dengan pil pemunah racun bunga cinta, Huang Rong yang sedang mengandung meminta kepada Xiao Longnü agar untuk sementara saat musuh menyerang, Xiao Longnü melindungi keluarganya, dan setelah dirinya melahirkan, Xiao Longnü boleh memenggal kepalanya dan pergi ke Lembah Tanpa Cinta untuk menukarnya dengan obat pemunah racun.

​

Kalau Guo Jing mengabdi “demi negara, demi rakyat”, Huang Rong mengabdi “demi suami, demi anak-anaknya”. Keduanya pasangan suami-istri yang membuat orang kagum.

​

​

​

bottom of page