top of page

Pendekar Pemanah Rajawali

 

 

“Pendekar Pemanah Rajawali” pada judul ini merujuk kepada tokoh utamanya, Guo Jing, yang pada kisahnya pernah dengan satu anak panah secara sekaligus memanah dua rajawali dan menjadi lambang kisah ini.

​

Pada Pendekar Pemanah Rajawali Jin Yong menciptakan tokoh-tokoh dunia persilatan yang unik seperti Lima Jago Besar dan lain-lain. Tokoh-tokoh ini melukiskan daya tarik dunia persilatan yang pada saat kisah ini pertama kali muncul, belum pernah ada sebelumnya.

​

Dalam karya ini Jin Yong juga menggabungkan dunia persilatan dengan sejarah. Tokoh utamanya, Guo Jing, tidak di bawah tokoh besar sejarah, Jengis Khan, bahkan pada bagian akhir cerita, Guo Jing menasihati Jengis Khan. Percakapan Guo Jing dengan Jengis Khan merupakan tema utama kisah ini, “Siapakah pahlawan yang sesungguhnya?” Melalui tokohnya, Jin Yong menambahkan perasaan cinta tanah air dan nasionalisme hingga membuat ceritanya tidak hanya sebagai media hiburan, tetapi juga memiliki makna yang lebih dalam.

​

Jin Yong menulis Pendekar Pemanah Rajawali dari tahun 1957 sampai 1959 ketika ia bekerja sebagai sutradara dan penulis skenario di perusahaan film Great Wall. Saat itu kisah ini benar-benar terkenal, tidak hanya di Hong Kong, tetapi juga meluas ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ni Kuang mengatakan bahwa penerbitan Pendekar Pemanah Rajawali heboh. Tahun 1958, jika membaca cerita, tapi tidak membaca Pendekar Pemanah Rajawali, ini benar-benar lelucon.

​

Di antara karya-karya Jin Yong, Pendekar Pemanah Rajawali menduduki posisi penting dan dianggap salah satu karya perwakilan, juga karya yang paling diterima hingga menjadi kata sehari-hari. Keberhasilan cerita ini meletakkan posisi Jin Yong sebagai guru besar cerita silat dan sesudah Pendekar Pemanah Rajawali tidak ada lagi yang meragukan keahlian Jin Yong sebagai penulis cerita.

 

 

​

​

​

​

​

​

 

Guo Jing

 

Ciri utama yang diingat orang kepada tokoh Guo Jing adalah bahwa ia bodoh. Ia baru bisa berbicara pada umur empat tahun. Tujuh Pendekar Jiangnan mencarinya ke mana-mana selama bertahun-tahun dan saat di Mongolia menemukannya, mereka langsung kecewa.

​

Meskipun kebodoh-bodohan, Guo Jing memiliki tekad yang kuat dan jika ingin mencapai sesuatu, ia pantang menyerah. Dengan kemampuan berpikirnya yang lambat dan untuk melakukan sesuatu harus berusaha lebih keras dari kebanyakan orang, ia pantang menyerah, mencoba lagi dan lagi. Demi mendapatkan pengajaran ilmu silat dari Ma Yu, ia rela setiap hari memanjat tebing yang sangat sulit didaki.

​

Guo Jing memiliki rasa kemanusiaan yang kuat. Saat ekspedisi ke Barat ia berhasil membantu Jengis Khan menerobos kota Samarkand, lalu Huang Rong menyuruhnya meminta hadiah kepada Jengis Khan untuk membatalkan pertunangan Guo Jing dengan Putri Kojin. Tetapi saat akan meminta ini, Guo Jing mendengar prajurit Mongol sedang membantai orang-orang Samarkand, maka ia mengganti permintaannya mengenai pembatalan pertunangan dengan meminta Jengis Khan mengampuni orang-orang kota Samarkand. Ini membuat Jengis Khan marah; Huang Rong pun kesal dan pergi.

​

Belakangan setelah ibunya meninggal bunuh diri, juga mengira Huang Rong sudah meninggal, Guo Jing patah semangat. Ia merenungkan makna “benar dan salah, baik dan jahat” dan bermaksud melenyapkan semua ilmu silat yang dikuasainya, yang dianggapnya hanya untuk mencelakai orang lain.

 

 

​

​

​

​

​

​

​

​

​

Huang Rong

 

Berkebalikan dengan Guo Jing, Huang Rong sungguh cerdas. Saat bertarung ia dapat mengingat jurus-jurus yang digunakan musuh dan langsung menggunakannya saat itu juga. Ia mampu mengingat puisi-puisi dan rumus matematika yang sulit. Ilmu silatnya biasa-biasa saja, tetapi ia selalu berhasil mengalahkan musuh-musuhnya dengan mengandalkan siasat.

​

Huang Rong mendapat pengaruh sesat dari ayahnya, si Sesat Timur Huang Yaoshi. Guru-guru Guo Jing menyebutnya “gadis iblis”. Jika sedang galau, Huang Rong masuk ke rumah orang yang sedang mengadakan pesta dan mem-bully, kemudian ia merasa puas.

​

Sifat sesat Huang Rong tampak kontras dengan Guo Jing yang selalu memegang kejujuran. Bagi Huang Rong, saat melawan orang jahat, tidak apa-apa menggunakan cara licik, sedangkan Guo Jing menganggap baik menghadapi orang baik maupun orang jahat, diri sendiri harus bertindak jujur. Ini jelas terlihat saat di pulau terpencil Huang Rong menyuruh Guo Jing melakukan siasat kepada si Racun Barat Ouyang Feng, tetapi Guo Jing menolak.

​

Banyak yang bertanya-tanya kenapa Huang Rong yang cerdas bisa menyukai laki-laki yang bodoh seperti Guo Jing. Dikatakan bahwa hal ini menunjukkan kejelian Huang Rong. Pertama kali bertemu Guo Jing, Huang Rong sedang menyamar sebagai pengemis, tetapi Guo Jing tetap memperlakukannya dengan baik, maka ia tahu bahwa Guo Jing benar-benar baik. Belakangan, ia mengatakan seperti ini kepada Guo Jing.

 

​

 

​

​

​

​

​

​

​

 

Yang Kang

 

Budaya Tionghoa mengutamakan “berbakti pada orangtua”. Itu sebabnya pada film atau cerita silat sering dilihat tokoh utamanya berusaha membalaskan dendam kematian ayah, yang jika tidak dilakukan adalah menunjukkan perbuatan tidak berbakti.

​

Yang Kang melakukan hal yang tidak termaafkan dalam budaya Tionghoa, yaitu tidak mengakui ayah kandungnya sendiri. Lebih jauh lagi, demi kehormatan dan kekayaan, ia mengakui musuh, sang Pangeran Negara Jin, Wanyan Honglie, sebagai ayah.

​

Ibu Yang Kang, yaitu Bao Xiruo, bersifat welas asih dan gemar mengobati hewan-hewan kecil yang terluka. Dengan sengaja Yang Kang lebih dulu mematahkan kaki kelinci, lalu menyerahkannya kepada sang ibu untuk diobati, dengan maksud mengalihkan perhatian sang ibu dari perbuatan buruk yang dilakukannya. Dari sini sudah terlihat sifat kejam Yang Kang.

​

Yang Kang sering dianggap sebagai contoh pengasuhan yang salah. Karena dibesarkan di lingkungan yang tidak baik, ia menjadi jahat. Makin lama ia makin terjerumus, hingga tewas mengenaskan di Kuil Tombak Besi, kemudian mayatnya disantap gagak. Gurunya, si Musim Semi Abadi Qiu Chuji, mendirikan nisan untuknya yang bertuliskan, “Makam Yang Kang, murid tidak berguna. Tulisan guru tidak berbakat, Qiu Chuji.”

 

 

​

 

​

​

​

​

​

​

Mu Nianci

 

Ada kata-kata, “Setengah dari kebahagiaan wanita ditentukan laki-laki.” Mu Nianci adalah salah satu contohnya. Di Pertandingan Silat Mencari Jodoh, ia pertama kalinya bertemu Yang Kang, dan sudah melihat sifat dan perbuatan laki-laki itu jahat, tetapi ia sudah terlanjur jatuh cinta. Karena mencintai laki-laki yang salah, seumur hidup ia menderita hingga akhirnya memiliki anak tanpa ikatan pernikahan, yaitu Yang Guo.

​

Meskipun Yang Kang jahat, cinta Mu Nianci kepada laki-laki itu tulus dan penuh tekad. Mu Nianci pernah berkata kepada Huang Rong, “Dia seorang pangeran boleh, pengemis juga boleh, dalam hatiku hanya ada dia. Dia orang baik tidak apa-apa, orang jahat juga tidak apa-apa, aku selamanya miliknya.”

​

Belakangan saat kepada Guo Xiang menceritakan riwayat ibu Yang Guo ini, Huang Rong mengatakan bahwa Mu Nianci sudah “menyalahgunakan” perasaannya.

​

bottom of page